Andai ini Ramadhan Terakhir...

Posted by www.amandelsehat.com | 12:27 AM

wahai dikau…renunglah engkau akan nasib diri
wahai qalbu…sedarkah engkau akan gerak hati
wahai aqal…terfikirkah engkau akan apa yang bakal terjadi

andai ini merupakan Ramadhan yang terakhir kali
sekujur jasad yang bakal berlalu pergi
tatkala usia bernoktah di penghujung kehidupan duniawi
pabila tiba saat tepat seperti yang dijanji Ilahi
kematian…adalah sesuatu yang pasti

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu siangnya engkau sibuk berzikir
biarpun anak tekak kering kehausan air
tentu engkau tak akan jemu melagukan syair rindu
mendayu..merayu…kepada-NYA Tuhan yang satu

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu solatmu kau kerjakan di awal waktu
solat yang dikerjai…
sungguh khusyuk lagi tawadhu’
tubuh, minda, dan qalbu…
bersatu memperhamba diri
mengadap Rabbul Jalil…
menangisi kecurangan janji

“innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil ‘alamin”

[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku… kuserahkan
hanya kepada Allah Tuhan seru sekelian alam]

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tidak akan kau persiakan walau sesaat yang berlalu
setiap masa tak akan dipersia begitu saja
di setiap kesempatan juga masa yang terluang
alunan Al-Quran bakal kau dendang…bakal kau syairkan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu malammu engkau sibukkan dengan pesta-pestaan
berterawih…berqiamullail…bertahajjud…
mengadu…merintih…meminta belas kasih

“sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MU tapi…aku juga
tidak sanggup untuk ke neraka-MU”

oleh itu duhai Ilahi…
kasihanilah daku hamba-MU ini

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu dirimu tak akan melupai mereka yang tersayang
ayuh ke mari kita meriahkan Ramadhan
kita buru…kita cari…suatu malam idaman
yang lebih berkat dari seribu bulan

andai kau tahu ini Ramadhan terakhir
tentu engkau bakal bersedia batin dan zahir
mempersiap diri…rohani dan jasmani
menanti-nanti jemputan Izrail
di kiri dan kanan …lorong-lorong redha Ar-Rahman

duhai Ilahi….
andai ini Ramadhan terakhir buat kami
jadikanlah ia Ramadhan paling bererti…paling berseri…
menerangi kegelapan hati-hati kami
menyuluhi diri ke jalan menuju redha serta kasih sayang mu Ya Ilahi…
semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Anonymous
http://tausyiah275.blogsome.com/2006/10/02/andai-ini-ramadhan-terakhir/

[Selengkapnya] - Andai ini Ramadhan Terakhir...

“ Memburu Lailatul Qadr “

Posted by www.amandelsehat.com | 5:21 PM

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra, beliau pernah memanggil para sahabat untuk membicarakan tentang malam Lailatul Qadr. Abdullah bin Abbas, termasuk salah satu dari mereka yang megikuti majlis tersebut.

Para sahabat mengemukakan pendapat mereka masing-masing. Ada yang berpendapat malam ke-21, ada yang mengatakan malam ke-23, malam ke-25 dan lain-lain.

Karena merasa usianya termuda, Abdullah bin Abbas hanya diam mendengarkan tanpa mengemukakan pendapat. Sayyidina Umar bertanya menegur, “Mengapa kamu diam saja”.

“Bukankah anda memerintahkan saya untuk diam sebelum yang lain mengemukakan pendapatnya?”, balas Abdullah bin Abbas.

“Aku mengundangmu untuk berbicara”.

Setelah perintah Khalifah Umar ini, Abdullah bin Abbas angkat bicara, “Sesungguhnya Allah ganjil dan mencintai yang ganjil. Ia menciptakan 7 langit, menjadikan bilangan hari sebanyak 7, menetapkan thawaf di Ka'bah 7 kali, Sai antara Shafa dan Marwa 7 kali, melempar jumroh 7 kali. Menciptakan manusia melalui 7 tahap dan memberikan rizki 7 macam”.

“Bagaimana Allah menciptakan manusia melalui 7 tahap dan menjadikan rizkinya dari 7 macam. Kamu mengetahui apa yang tidak kami ketahui”, tanya khalifah Umar.

Abdullah bin Abbas menerangkan satu persatu ayat yang ia maksudkan setelah itu ia berkata, “…. Aku berpendapat, Waallaahu'alam, malam Lailatul Qadr terjadi pada malam ke-23, karena sisa bulan Ramadhan tinggal 7 hari lagi”.

Banyak pendapat mengenai kapan malam Lailatul Qadr, bahkan di kalangan para sahabat seperti di atas. Namun berdasarkan hadits-hadits Nabi SAW, mayoritas ulama berpendapat pada 10 malam terakhir. Pendapat ini masih dipersempit lagi, yakni pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan.

Perbedaan pendapat di kalangan para sahabat dan ulama ini termasuk sesuatu yang wajar, karena memang Allah menyembunyikannya. Dan hikmah penyembunyian ini justru lebih baik bagi manusia.

Menurut Fakhru ar-Razi, salah satu hikmahnya, adalah karena besarnya kasih sayang Allah. Sekiranya malam tersebut telah diketahui dan masih juga manusia bermaksiat, maka mereka akan menerima konsekuensi yang sangat berat.

Sedang bagi yang menjalankan ketaatan, penyembunyian ini juga mengandung hikmah. Diantaranya, agar mereka tidak hanya mengandalkan amalnya di malam Lailatul Qadr.

Bila mengingat besarnya pahala yang dijanjikan Allah secara langsung di dalam Firman-Nya, “Malam kemuliaan itu (Lailatul Qadr) lebih baik dari seribu bulan. (Q. S. 97; 3) dan hadits Nabi SAW, maka kerugian besar akan diterima oleh mereka yang tidak memburunya.

Lalu bagaimana cara memburu Lailatul Qadr? Semasa hidup, Rasulullah SAW telah mencontohkannya. Bila memasuki 10 malam terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan ikat pinggang, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya untuk beribadah.

Kalaupun tidak mampu mencontoh Nabi SAW, minimal masing-masing pribadi bisa menambah berbagai amal ketaatan di dalamnya. Namun yang perlu diingat, pahala yang sangat besar ini tidak akan diberikan kepada sembarang orang. Kesiapan dari masing-masing pribadi turut menentukan.

Sesuatu yang bersifat besar atau juga Agung, termasuk Lailatul Qadr, tentu saja tidak sembarang orang akan mampu meraihnya. Mereka yang telah mengisi 20 hari pertama dengan berbagai peningkatan amal ketaatan, berarti mempersiapkan diri untuk menerima Lailatul Qadr.

Sekalipun demikian, tidak berarti pintu telah tertutup bagi yang 20 hari sebelumnya belum mempersiapkan diri. Yang terpenting, kita buru Lailatul Qadr dengan berbagai peningkatan amal, sekalipun hanya sedikit atau sesuai kemampuan masing-masing. Waallahu A'lam.[Mhs. HU Solo Pos ]

[Selengkapnya] - “ Memburu Lailatul Qadr “

Agar Lebih Jelita dari Bidadari Surga

Posted by www.amandelsehat.com | 5:19 PM

Agar Lebih Jelita dari Bidadari Surga
Afifah Afra

Inginkah Anda sejelita bidadari surga? Lantas, seperti apa gambaran Anda tentang bidadari surga? Mengapa hati ini senantiasa bergetar ketika kata ‘bidadari surga’ diperdengarkan. Getar kecemburuan akan keindahan parasnya, kesucian jiwanya, ketundukkan pandangnya.
Ya, seperti apa gambaran sosok bidadari surga itu? Tak usah berimajinasi kesana kemari. Cukuplah kita membayangkan dari penggambaran dalam Al-Qur’an yang mulia ....
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita parasnya. Seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (QS. ash-Shaffat: 48-49).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan wanita-wanita yang pandai menjaga kehormatannya, yakni tidak mengarahkan pandangan mereka kepada yang bukan pasangannya. Paras mereka sangat jelita, matanya indah menawan, penampilannya luar biasa cantik, pandai menjaga diri, takwa dan bersih. Allah menyifati mereka dengan bentuk tubuh dan penampilan yang elok dan warna kulit yang sangat mulus. Para bidadari itu ditamsilkan sebagai telur yang tersimpan dengan baik, karena kulit mereka sangat putih dan lembut seperti putih telur, namun belum ada tangan yang menyentuh karena keputihan itu terlindung oleh kulitnya yang keras.
Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, terangkan kepadaku tentang firman Allah SWT, seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Kelembutan mereka seperti lembutnya kulit yang terdapat pada bagian dalam telur, yang terletak setelah kulit bagian luar. Itulah yang disebut dengan ghirqay.”
Hm... apa padanan para bidadari itu dengan para femina di persada bumi? Ah, itu masih kurang. Bahkan, para bidadari itu juga ditamsilkan sebagai yakut dan marjan, sebagaimana firman Allah SWT,
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. ar-Rahman: 58).
Menurut Imam Mujahid, Imam Hasan dan yang lain, marjan disamakan dengan mutiara (lu’lu’). Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud pernah berkata, “Sesungguhnya putihnya betis wanita-wanita penghuni surga, akan kelihatan dari balik 70 lapis kain sutera, bahkan sampai tulang sumsumnya pun kelihatan. Dan itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah ‘Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.’” Menurut Ibnu Katsir, yakut adalah sebuah batu yang jika kita memasukkan benang ke dalamnya kemudian kita menutupnya, pastilah kita akan melihat tali itu dari luar batu itu.
Sebuah penggambaran yang begitu dahsyat tentang kecantikan seorang wanita bukan? Pendek kata, bidadari surga adalah kesempurnaan pesona seorang wanita. Tak hanya pesona lahiriah, tapi juga batiniah. Kecantikan dari luar, maupun kecantikan dari dalam. Mereka jelita, namun bertakwa. Allah berfirman,
“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman: 70).
Pesona sang bidadari berpendar semakin kuat karena mereka juga disebutkan bertubuh harum dan penuh dengan binar-binar cahaya. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Seandainya seorang bidadari dari surga menampakkan diri kepada penghuni bumi, niscaya cahaya tubuhnya dan bau harumnya akan memenuhi ruang antara langit dan bumi, serta kerudung rambutnya lebih indah dan lebih bernilai daripada dunia seisinya.” (HR. Bukhari no. 2796).
Sang Kompetitor
Sekali lagi, silahkan Anda mencari padanan wanita yang sejelita bidadari surga. Monalisakah? Jenifer Lopez, atau Angelina Jolie? Atau para peraih titel Miss Universe atau Miss World. Tampaknya, kedahsyatan para perempuan yang menggetarkan jagad karena kecantikannya itu, tak ada apa-apanya dibanding para bidadari surga. Kehebatan mereka tak terpatahkan, kecuali oleh kompetitor yang satu ini: para wanita shalihah!
Ya, wanita shalihah, meskipun di dunia memiliki wajah biasa-biasa saja, ternyata mereka akan menandingi kemuliaan para bidadari ketika memasuki pintu surga dan menapaki tanah surga yang “…merupakan tepung putih, beraroma kesturi dan bersih” (HR. Muslim), serta memasuki bangunan di surga yang “batu batanya dari emas dan perak, adukannya beraroma kesturi, kerikilnya mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut, tanahnya adalah za’rofan.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Ahmad dan Tirmidzi).
Ummu Salamah ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?”
Rasulullah saw. lalu menerangkan bahwa perempuan dunia di surga sangat lebih utama dari biadari surga karena shalat, puasa dan ibadah yang dilakukan mereka. “Allah SWT memberi cahaya di wajah mereka, mereka mengenakan sutera di tubuhnya, warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau, perhiasan mereka kuning, pedupaan mereka mutiara dan sisir mereka adalah emas. Mereka mengatakan, ‘Kami adalah perempuan-perempuan abadi yang takkan mati. Kami adalah perempuan-perempuan bahagia yang takkan pernah miskin. Kami adalah perempuan-perempuan penduduk tetap yang takkan pindah selamanya. Ketahuilah, kami adalah perempuan-perempuan yang ridha dan takkan marah selamanya. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami menjadi miliknya.’”
Ummu Salamah kembali bertanya, “Ya Rasulullah, ada di antara kami yang menikah dua atau tiga kali. Jika ia meninggal dunia dan suami-suaminya masuk surga, siapakah yang menjadi suaminya di surga?” Rasul menjawab, “Wahai Ummu Salamah, ia diberi kebebasan memilih mana di antara suaminya yang paling baik akhlaknya.” Lalu Ummu Salamah berkata, “Ya Rabb, jika suamiku yang ini adalah suami yang paling tampan di dunia, nikahkanlah aku dengannya.” Rasulullah saw menerangkan, “Wahai Ummu Salamah, ketampanan wajah musnah dengan kebaikan dunia akhirat.” (HR. Thabrani).
Jadi, wanita dunia, ketika masuk surga, akan mampu mengalahkan kejelitaan para bidadari. Ini seperti perkataan Aisyah ra., “Perempuan-perempuan Salihah di dunia akan berkata kepada bidadari surga, ‘Kami melakukan shalat sedangkan kalian tidak melakukan shalat. Kami berpuasa sedangkan kalian tidak melakukannya. Kami bersedekah sedangkan kalian tidak. Kami, perempuan Salihah di dunia, mengalahkan bidadari surga.”
Inilah yang menyebabkan—meminjam istilah akhuna Salim A. Fillah—bidadari pun merasa cemburu kepada para wanita Salihah di dunia. Kuncinya adalah ketaatan. Ilmu yang mendalam. Amal-amal shalih. Ibadah. Karena, tujuan penciptaan manusia sesungguhnya semata-mata hanya agar manusia itu beribadah, menyembah Sang Pencipta dengan kepasrahan total.
Wallahu a’lam.

[Selengkapnya] - Agar Lebih Jelita dari Bidadari Surga